Keputusan Twitter yang ingin mematikan Vine menyita perhatian pendirinya, Rus Yusupov. Ia mengaku menyesal menjual Vine ke Twitter kalau tahu bakal dibeli untuk dibunuh.


Jakarta - Keputusan Twitter yang ingin mematikan Vine menyita perhatian pendirinya, Rus Yusupov. Ia mengaku menyesal menjual Vine ke Twitter kalau tahu bakal dibeli untuk dibunuh.

Yusupov menyampaikan kekesalannya itu lewat akun Twitter miliknya. Ia menyarankan ke startup-startup lain agar jangan mudah menerima pinangan dari perusahaan lain kalau tak mau berakhir seperti Vine.

"Don't sell your company!," cuit Yusupov, yang berarti jangan mudah menjual perusahaan bila belum siap dikecewakan.

Yusupov pantas geram. Pasalnya, ketika Vine muncul di Juni 2012, layanan ini sudah booming. Padahal ketika itu Vine belum benar-benar resmi dirilis. Tak lama setelahnya, Vine pun diakuisisi Twitter pada Oktober 2012.




Vine sempat mencetak jumlah pengguna 200 juta, dengan total 1,5 miliar video pendek yang bisa di-upload tiap bulannya. Sementara itu pemirsanya disebut berada di angka 100 juta pasang mata per bulan.

Namun semakin ke sini, daya tarik Vine memudar. Data terakhir menyebut penggunanya hanya tersisa di angka 10 juta, itu pun terbilang tidak aktif menggunakannya.

Twitter sempat mencoba membuat Vine bangkit dengan memberi dukungan untuk video yang lebih lama. Namun alih-alih melakukannya, Twitter malah lebih memilih Periscope yang menyodorkan layanan video live streaming.

Alhasil, Vine semakin terpinggirkan sampai akhirnya Twitter memutuskan untuk menghentikan masa hidupnya. (yud/ash) 
Insp21

Insp21

Share Pengalaman kamu membaca di Insp21

Post A Comment:

0 comments: